Siang itu, saya sedang mengantri di depan kasir sebuah minimarket. Di depan saya tampak seorang pembeli lain tengah menyerahkan belanjaannya untuk dihitung. Segaris senyum tipis muncul di bibir saya, ketika netra saya membaca pamflet himbauan untuk menggunakan tas ramah lingkungan. Saya sibuk menghitung, ternyata sudah 1,5 tahun berlalu sejak berlakunya Perwali Kota Denpasar No.36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik.
Perhatian saya teralihkan ketika saya mendengar kasir itu bertanya kepada pembeli di depan saya, “Ada tas belanjanya?” Pembeli dengan ransel besar di punggungnya itu menjawab bahwa dia lupa membawa tas belanja. Pembeli itu lalu memutuskan membeli sebuah tas belanja baru. Saya mengernyit mendengar percakapan itu. Padahal alih-alih membeli tas kain baru, bisa saja pembeli itu memasukkan barang yang dibelinya ke dalam ranselnya. Ah, ternyata sebelum belajar menggunakan ulang tas kain, kita perlu menggunakan ulang pikiran kita.
Katanya manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna. Dia dibekali oleh Tuhan dengan Tri Pramana, yaitu Bayu (kekuatan untuk bernapas), Sabda (kekuatan untuk bersuara) dan Idep (kekuatan untuk berpikir). Bagian terakhir inilah keistimewaan yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bagian terakhir itu juga yang sering dilupakan oleh manusia ketika hendak melakukan sesuatu, seperti membeli tas kain baru ketika tidak benar-benar membutuhkannya.
Ketika kamu sedang berbelanja dan lupa membawa tas belanja, kamu mungkin hanya perlu mengeluarkan uang Rp3.000-Rp10.000 untuk mendapatkan sebuah tas belanja baru. Tetapi tahukah kamu bahwa proses pembuatan sebuah tas kain membutuhkan banyak energi dan menghasilkan limbah yang tak sedikit?
Data dari Environment Agency of The United Kingdom menyatakan proses pembuatan tas kanvas menghasilkan 600 pon yang setara dengan 270 kilogram limbah karbondioksida. Oleh karena itu, sebuah tas kanvas harus digunakan sebanyak lebih dari 136 kali agar impas dengan energi yang dikeluarkan untuk membuat sebuah tas kanvas.
Jejak karbon pembuatan tas berbahan katun jauh lebih mengerikan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Makanan Denmark melalui halaman qz.com merilis bahwa sebuah tas katun organik harus digunakan sebanyak 20.000 kali untuk memiliki dampak lingkungan yang sama dengan penggunaan air dan energi pembuatan tas kain tersebut. Artinya, jika kamu menggunakan tas katun organik itu satu kali setiap hari, kamu harus menggunakannya selama 55 tahun. Tas kain berbahan kapas konvensional harus digunakan lebih dari 7.100 kali untuk membayar jejak karbon pembuatannya. Hal ini berarti kamu harus menggunakan tas kain berbahan kapas konvensional yang kamu miliki satu kali setiap hari selama 19,5 tahun.
Kamu harus mulai berhenti membeli tas kain baru. Pada dasarnya, apapun yang sudah kamu miliki di rumah jauh lebih ramah lingkungan daripada kamu membeli barang yang baru, bahkan termasuk ketika membeli barang yang berlabel ramah lingkungan sekalipun. Maka, mari gunakan ulang pikiranmu untuk itu.
Penulis: Ni Luh Sri Junantari