Akhir-akhir ini sedang marak diperbincangkan mengenai aksi beberapa ilmuwan di kota London, Inggris yang melakukan protes terhadap keberlanjutan penggunaan bahan bakar fosil yang menjadi salah satu penyumbang terbesar gas rumah kaca yang mengacu pada perubahan iklim.
Aksi mereka didasari oleh temuan dari laporan “Climate Change 2022: Impacts, Adaptation, and Vulnerability” yang diterbitkan oleh Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC). Laporan ini berisi pernyataan dan bukti bahwa perubahan iklim telah berdampak di setiap sudut dunia, dan dampaknya bisa jauh lebih parah jika kita gagal untuk mengurangi separuh emisi gas rumah kaca decade ini dan tidak segera melakukan adaptasi ke alternatif yang lebih ramah lingkungan. Mereka mendesak pemerintah untuk memberhentikan penggunaan bahan bakar fossil dan beralih ke bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan sebagai usaha untuk menyelamatkan lingkungan.
Tagar #LetTheEarthBreathe yang menjadi trending di twitter menjelang Hari Bumi yang diperingati pada 22 April 2022 ikut menyuarakan aksi protes ini. Tidak hanya itu, cuitan menggunakan tagar #LetTheEarthBreathe digunakan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam memberikan awareness mengenai seberapa pentingnya upaya kita sebagai individual dalam mengurangi jejak karbon yang menimbulkan efek rumah kaca yang pada akhirnya bisa berujung pada pemanasan global bahkan perubahan iklim.
Lalu, apa yang dapat kita lakukan sebagai pelaku usaha dan individual dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fossil? Mengurangi penggunaan plastik. Plastik konvensional pada dasarnya dibuat dengan bahan dasar bahan bakar fosil atau yang lebih kita kenal dengan petroleum. Ada sangat banyak alternatif dari penggunaan kemasan plastic sekali pakai seperti penggunaan tas belanja dan sedotan yang dapat digunakan kembali, melakukan gerakan isi ulang untuk membiasakan individual untuk membawah wadah atau kemasan sendiri atau bahkan menyediakan wadah yang dapat dikembalikan pada pelaku usaha.
Tetapi, apakah mengurangi penggunaan barang berbahan dasar bahan bakar fosil seperti plastik cukup untuk mengurangi gas emisi yang kita hasilkan? Tentu saja ada banyak sekali hal diluar pengurangan penggunaan plastik yang dapat kita lakukan untuk mengurangi jejak karbon yang kita hasilkan. Mengkonsumsi produk local, sebisa mungkin menggunakan transportasi public, menggunakan produk yang hemat energi, membeli dan menggunakan barang sesuai dengan kebutuhan, dsb.
Lalu, apakah aksi kita sebagai individual cukup? Tentu saja dampak yang besar dapat kita lihat dan rasakan dengan adanya dukungan dari pemerintah, bisnis, dan institusi. Oleh karena itu, pilihan kita terhadap mereka yang duduk di kursi pemerintahan juga memiliki andil yang besar mengenai upaya meminimalisir dampak perubahan iklim. Tetapi jangan berkecil hati, perubahan membutuhkan proses dan tidak terjadi dengan mudah dalam waktu yang singkat. Dukungan dan aksi yang kita lakukan, meskipun terasa kecil juga akan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Maka dari itu jangan berputus asa. Seperti yang dikatakan salah satu influencer edukatif favorit penulis, Hank Green, yang juga aktif dalam menyuarakan dan melakukan upaya untuk meminimalisir dampak dari perubahan iklim, “we doesn’t let hopelessness eat us then, and I’m not gonna let hopelessness eat you now”. Mulailah perubahan dari hal-hal yang kecil karena small changes matters too.
Referensi:
https://www.scientificamerican.com/article/scientists-risk-arrest-to-demand-climate-action
https://www.theguardian.com/environment/2022/apr/13/xr-scientists-glue-hands-to-business-department-in-london-climate-protest
Trending topic Twitter hashtag #LetTheEarthBreathe
Penulis: Tiara Anggung Pertiwi
Profil penulis: Mahasiswa Pariwisata yang memiliki antusiasme di bidang lingkungan dan giat mencari tantangan baru.
Artikel ini pernah tayang di plastikdetox.com pada April 2022