MemBumi di Desa Sanur Kauh: Diskusi dan Aksi Bersama Demi Kurangi Plastik Sekali Pakai

Selama dua jam, pelatihan MemBumi sukses dilaksanakan bersama 16 orang peserta dari ibu-ibu PKK yang mempunyai usaha di Desa Sanur Kauh, pada Selasa, 15 Oktober 2024. Pelatihan MemBumi (Merawat dan Menata Bisnis untuk Bumi), merupakan salah satu program kerja PlastikDetox yang bertujuan untuk meningkatkan implementasi pengurangan plastik sekali pakai di kalangan pelaku usaha yang pada kesempatan ini dilaksanakan di Kantor Desa Sanur Kauh. Pelatihan MemBumi kali ini mengangkat topik menarik tentang alternatif plastik sekali pakai yang bisa digunakan ulang. 

Ruang rapat di kantor desa Sanur Kauh seketika diubah menjadi sebuah ruang diskusi hangat dengan sajian makanan tradisional di atas meja. Satu per satu para peserta hadir, saling menyapa, lalu menulis namanya dalam sebuah kartu yang terbuat dari bekas menu sebuah rumah makan. Pelatihan dibuka dengan sambutan dari Putu Asiani sebagai perwakilan Desa Sanur Kauh yang dilanjutkan oleh pembukaan dari PlastikDetox yang dipandu oleh Anna Sutanto. Sulit rasanya memisahkan pepatah tak kenal maka tak sayang dalam setiap jumpa pertama, oleh karenanya, Anna membawakan sesi ice-breaking untuk  memperkenalkan tim PlastikDetox. Riuh suara para Ibu-Ibu mengisi seluruh penjuru ruangan, mereka mengambil dan memberikan kepada masing-masing tim PlastikDetox potongan-potongan kertas berisi “fun fact” tentang tim PlastikDetox. 

Rangkaian acara dilanjutkan dengan mengisi pre-test yang bertujuan untuk melihat sejauh mana peserta memaknai dan menerapkan pengurangan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam usaha yang dikerjakan. Para peserta Pelatihan Membumi diajak untuk secara aktif berbagi pengetahuan dan pengalamannya melalui permainan dan sesi diskusi yang interaktif. 

Permainan pertama diberi nama “Gerak Cepat: Pahlawan PlastikDetox” , para peserta dibagi dalam dua kelompok. Di permainan ini peserta diajak untuk berpikir ulang dalam membeli kemasan anorganik, terutama plastik sekali pakai. Pada permainan ini mengambil setting tahun 2035 ketika planet bumi mengalami krisis karena kerusakan lingkungan sehingga tidak lagi aman dan nyaman. Kondisi ini hadir karena adanya polusi nano plastik yang mencemari air dan udara sehingga menyebabkan manusia harus mengubah cara hidupnya termasuk dalam kegiatan usaha. Hal ini berimbas pada pengenaan pajak kemasan yang diberi nama Pajak Modal Alam. Makin anorganik dan makin sekali pakai, bahan kemasan maka pajak yang dikenakan akan makin tinggi pajak. Dengan kata lain, pada tahun 2035, plastik atau bahan anorganik lainnya memiliki harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan kemasan yang dapat diguna ulang. Pada permainan ini, masing-masing kelompok akan diberikan 10 buah token alam yang digunakan untuk membeli kemasan. Setiap perjalanan, perwakilan kelompok hanya bisa membawa tiga buah token untuk membeli satu kemasan. Harga masing-masing kemasan bervariasi, yang paling murah adalah kemasan guna ulang dan yang paling mahal adalah kemasan plastik sekali pakai. 

Permainan pertama dilaksanakan dengan serius dan ambisius, masing-masing kelompok memilih kemasan yang paling murah dan bermanfaat bagi usaha dan lingkungan. Setelah tiga kali perjalanan, masing-masing kelompok berhasil mengumpulkan kurang lebih 3 buah kemasan yang telah dibeli. Kelompok pertama berhasil mengumpulkan kemasan-kemasan dengan harga murah dan ramah lingkungan, perwakilan kelompok diberikan waktu untuk memberikan penjelasan terkait alasan memilih kemasan tersebut. 

“Kelompok kami memilih daun pisang, karena sangat banyak sekali manfaatnya apalagi kita sebagai orang Bali, lalu kotak makan karena dapat dipakai berulang-ulang,” sepenggal alasan dari Srimia Waty, perwakilan kelompok satu, dalam memilih dan membeli kemasan. 

Hal ini diikuti oleh kelompok lainnya dengan alasan dan jawaban menarik juga. Salah satunya ketika kelompok kedua memilih dus jajanan berbahan kertas dengan alasan bahwa dibandingkan dengan plastik, kertas lebih mudah terurai. 

Mayoritas peserta pelatihan di Desa Sanur Kauh telah memiliki pengetahuan yang cukup luas terkait kemasan guna ulang dan termasuk resiko penggunaan plastik sekali pakai. Setelah memaparkan alasan-alasannya, Anna Sutanto sebagai moderator acara sesekali memberikan penjelasan tambahan dan pengalaman dari Anna sendiri. Permainan pertama dilewati dengan lancar dan membangun suasana pelatihan semakin ramai dan hangat. Permainan kedua dikemas lebih sederhana dengan tajuk “Permainan Kartu: Pejuang Dunia Detox”. Permainan ini mengarahkan para peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang tiap kelompoknya. Masing-masing kelompok akan dibagikan satu buah kartu pertanyaan dan tiga buah kartu jawaban. Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan dengan memilih satu kartu jawaban yang paling masuk akal atau mendekati situasi asli. Salah satu pertanyaan yang didiskusikan adalah, “Gimana perasaanmu waktu dipuji pelanggan karena tempat kerjamu menerapkan minim plastik?” yang dijawab dengan kartu jawaban “Duh, pada ga takut sama mikroplastik?”. Pertanyaan dan jawaban dalam sesi permainan ini sangat bervariasi sehingga sesi ini berjalan dengan sangat seru dan penuh tawa yang sesekali ditimpali Anna dengan berbagai fun fact plastik sekali pakai dalam kegiatan usaha lainnya. 

Sembari menyantap sajian tradisional yang disajikan, acara selanjutnya berada di bawah tangan Sri Junantari dalam mengulik pengalaman-pengalaman serta rasa penasaran peserta dalam sesi diskusi. Sesi diskusi dibuka dengan sesi berbagi pengalaman sebagai pelaku usaha atau masyarakat dalam memandang pengurangan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing peserta diberikan kesempatan untuk berbagi dan bercerita tentang pengetahuan dan pengalaman mereka dalam mengurangi plastik sekali pakai. 

Hadir dari berbagai latar belakang usaha dan kegiatan yang berbeda, para peserta membawa ke atas meja cerita-cerita dan pengalaman-pengalaman yang pernah atau seringnya dilakukan mulai dari usaha yang dijalankan, upaya mengurangi plastik sekali pakai, hingga tantangan yang dihadapi. Srimia Waty, salah seorang peserta sekaligus pengusaha rempeyek di Desa Sanur Kauh, bercerita mengenai usahanya dalam mengurangi plastik sekali pakai dengan tukar toples kosong. Ada juga peserta yang dalam kehidupannya sehari-hari terbiasa menggunakan kemasan atau produk guna ulang demi menghindari konsumsi plastik yang berlebih. Di lain sisi, terdapat peserta lainnya yang mengalami kendala untuk menghilangkan peran plastik dalam usahanya. Masing-masing pengalaman ini menghadirkan diskusi asik baik dari peserta maupun dari tim PlastikDetox. Sri Junantari berhasil mengemas sesi diskusi dengan konsep yang sederhana dan suasana yang akrab bagi peserta. 

Selesai berbincang dengan Sri dalam sesi diskusi, acara beralih kembali kepada Anna. Sesi selanjutnya, para peserta diberikan kesempatan untuk mengisi post-test yang dilanjutkan dengan sesi evaluasi kegiatan sambil menikmati sajian makanan yang disiapkan. Ruangan kembali hening, tetapi kehangatan dari seluruh rangkaian acara tidak luruh begitu saja. Suara-suara percakapan kembali terdengar menuju akhir acara ketika para peserta telah selesai bercengkrama dengan kertas post-test dan evaluasi. 

Seluruh rangkaian acara ditutup dengan manis dan disimpan menjadi kenangan berharga dalam sesi foto bersama. Ibu Kepala Desa, Ni Wayan Sudani, selaku Ketua PKK Desa Sanur Kauh menutup acara dengan slogan baru, gabungan antara PKK Sanur Kauh dan PlastikDetox, meramaikan ruangan hari itu, “PKK Desa Sanur Kauh, Reuse?”, dibalas dengan tidak kalah lantang oleh para peserta dan tim PlastikDetox “Lanjutkan!”. Gemuruh tepuk tangan diselingi acara berpamitan menutup seluruh Pelatihan MemBumi di Desa Sanur Kauh dengan manis. 

Pelatihan MemBumi yang diselenggarakan oleh PlastikDetox di Desa Sanur Kauh berhasil meningkatkan pemahaman peserta, khususnya ibu-ibu PKK, tentang pentingnya mengurangi plastik sekali pakai dalam usaha mereka. Melalui diskusi interaktif, permainan, dan sesi berbagi pengalaman, para peserta didorong untuk memilih kemasan ramah lingkungan dan menemukan alternatif yang dapat digunakan kembali. Harapannya, pelatihan ini dapat menjadi langkah awal yang berkelanjutan dalam mengurangi ketergantungan terhadap plastik sekali pakai di tingkat lokal.

Penulis: Kein Surung 

Editor: Sri Junantari

Profil penulis: Kein Surung, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Udayana. Saat ini mengambil bagian menjadi salah satu anggota relawan PlastikDetox.

PlastikDetox Coordinator